Sunday, April 28, 2024
Berita Utama

Cerita di Balik Pembangunan Musholla Tanzila Khadijah di Kantor PDIP NTB, Spirit Islam Bung Karno

209views

NTB-korankini.com_Didampingi para tuan guru dan alim ulama, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meresmikan Musala Tanzila Khadijah, di kantor DPD PDIP NTB, Jumat (16/9/2022).

Kehadiran musala ini diharapkan tidak hanya menghadirkan kesisiplinan beribadah.

Tapi juga menjadi benteng moral seluruh kader dan umat Islam yang datang menunaikan salat sunah dan salat wajib.

Peresmian diawali dengan sambutan Sekretaris Umum Bamusi sekaligus Anggota Komisi VII DPR RI, Nasyirul Falah Amru atau karib disapa Gus Falah.

Putra KH Amru Al-Mu’tashim ini mengatakan, keberadaan musala Tanzila Khadijah tersebut sepenuhnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Politisi PDI Perjuangan yang juga pengurus PBNU ini mengatakan, DPD PDIP NTB sebelumnya telah memiliki satu musala yang terdapat di area dalam kantor DPD.

Namun, demi memudahkan masyarakat beribadah, DPD PDIP NTB memutuskan membangun kembali satu musala yang sangat representatif.

Persis berada di bagian depan kantor PDIP NTB, di Jalan Dr Soejono.

Jalur ini merupakan salah satu jalan protokol di Kota Mataram, dimana kantor-kantor pemerintahan berdiri di jalur ini.

Kepada masyarakat yang datang beribadah, pengurus musala nantinya juga menyiapkan sajian makanan dan minuman yang dapat dinikmati setiap usai menjalankan ibadah Salat Fardu.

Dalam kesempatan tersebut, secara khusus Gus Falah menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Ketua DPD PDIP NTB yang juga merupakan koleganya sesama Anggota DPR RI, H Rachmat Hidayat.

Sebab dia telah menginisiasi pembangunan musala hingga rampung.

Gus Falah mengatakan, balasan untuk mereka yang membangun tempat ibadah akan datang langsung dari Allah SWT.

“Mereka yang membangun tempat ibadah di dunia, sekecil apa pun, Allah akan menggantinya dengan membangunkannya istana di surga,” kata Gus Falah.

Bung Karno dan Islam

Prasasti peresmian Musala Tanzila Khadijah sendiri sebelumnya telah ditandatangani langsung Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Hj Megawati Soekarnoputri.

Pada saat yang sama, Megawati sedang berada di Korea Selatan menjadi pembicara dalam forum perdamaian yang dihadiri tokoh-tokoh dunia.

Sehingga dia diwakili Hasto Kristiyanto.

Dalam sambutannya, Hasto menyampaikan, peresmian musala ini adalah perwujudan nyata dari “Api Islamnya Bung Karno”.

Presiden Pertama RI tersebut menginginkan Islam menjadi agama yang maju, sehingga menjadikannya sebagai api sejarah peradaban.

Selain menjadi tempat beribadah dan bermunajah, musala ini kata Hasto dihajatkan menjadi tempat lahir dan tumbuhnya pemikiran Islam.

Tempat dilakukannya kajian-kajian fiqih.

Tempat berdiskusi dan memperdalam ilmu agama, dan juga tempat kontemplasi.

“Kita akan menggunakan musala ini sebagai tempat memperkuat keimanan kita dan menjadi benteng moral kita. Dengan begitu, kerukunan yang menjadi prinsip Pancasila, akan dapat dijalankan umat dengan sebaik-baiknya,” kata Hasto.

Pada kesempatan yang sama, Hasto juga menyampaikan bagaimana kedekatan Bung Karno dengan Umat Islam.

Tidak hanya di Indonesia, namun juga umat Islam di dunia.

Dalam Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1965, Bung Karno bahkan telah diberi gelar Pembebas Bangsa Bangsa Islam karena andil besar Bung Karno atas kemerdekaan sejumlah negara-negara Islam seperti Maroko, Tunisia, dan Aljazair, dan Pakistan.

Di Pakistan dan negara-negara Afrika Utara tersebut, Bung Karno bahkan langsung mengerahkan armada kapal selam Whiskey milik Indonesia, untuk membantu perjuangan kemerdekaan negara-negara tersebut.

Pada saat itu, Indonesia memang merupakan negara di belahan selatan dunia yang memiliki kekuatan militer yang sangat tangguh.

Indonesia bahkan memiliki 12 unit kapal selam jenis Whiskey yang merupakan kapal selam tercanggih pada masanya.

Bahkan di Aljazair, Bung Karno menyelundupkan senjata ke sana untuk membantu perjuangan kemerdekaan warga Aljazair melawan penjajah Prancis.

Langkah Bung Karno tersebut memantik beragam kekhawatiran.

Hasto menceritakan, berdasarkan penuturan Guntur Soekarnoputra, yang kala itu sudah menempuh pendidikan sekolah menengah, Bung Karno diingatkan akan tindakannya yang bisa berimplikasi dengan datangnya sanksi dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Namun, Bung Karno bergeming.(ris). Sumber: tribunnews.com

Leave a Response