Penemuan Struktur Batu Bata Kuno Mirip Candi di Malang

Malang, KoranKini.com – Struktur batu bata kuno mirip candi yang ditemukan di area situs Wurandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, diduga kuat sebagai lokasi permukiman Kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin Mpu Sindok abad ke-10 Masehi.
Sebelumnya, struktur bata kuno juga ditemukan oleh warga di Dusun Bendungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, tepatnya di area kebun jeruk yang dikenal sebagai situs Wurandungan atau Balekambang.
Temuan ini bermula dari inisiatif warga melakukan penggalian pada Sabtu (7/6/2025). Warga mencurigai gundukan tanah yang tidak biasa, kemudian dilakukan penggalian. Tak disangka, setelah berhasil digali sedalam 1 meter, mereka dikejutkan dengan struktur batu bata kuno yang tersusun rapi.
Sejarawan dan arkeolog dari Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono mengatakan temuan ini selaras dengan informasi yang tercantum dalam Prasasti Wurandungan peninggalan Mpu Sindok yang tertulis sekitar 948 Masehi. Dalam prasasti tersebut, disebutkan adanya permukiman di sisi timur kawasan lembah Gunung Kawi.
“Di prasastinya Sindok tahun 948 ini disebut sebagai satu sima swatantra tanah perdikan. Konon namanya Wurandungan,” kata Dwi Cahyono.
Struktur batu bata kuno yang ditemukan pada Sabtu (7/6/2025) lokasinya berdekatan dengan temuan warga sebelumnya, yakni di sebelah selatannya.
“Lokasinya ini menarik karena diapit Sungai Metro di sisi selatan, dan Sungai Braholo di sisi timurnya. Terus kita melihat ke arah barat boleh dibilang ini ada di lembah Gunung Kawi,” ujar Cahyono,
Pasalnya, Prasasti Wurandungan juga mencatat tanah sima perdikan berada di sebelah selatan pasar desa, dikelilingi oleh dua sungai dan terletak di lembah Gunung Kawi.
Jika pasar desa berada di sisi utara sebagaimana dijelaskan dalam Prasasti Wurandungan, maka kawasan permukiman kuno yang dimaksud diduga berada di sisi selatannya yang kini menjadi lokasi ditemukannya struktur bata tersebut.
“Ini permukiman yang lama dan di dalamnya ini ada masyarakat yang punya religiusitas tinggi. Jadi masyarakat sesuai dengan agama pada waktu itu kalau kita lihat sebagian besar jejak-jejaknya Hindu yang belum tergambar itu,” terangnya.
Penemuan tersebut juga diperkuat dengan keberadaan prasasti lain yang berangka lebih muda, yaitu Prasasti Ukirnegara. Dalam prasasti itu disebutkan nama Wurandungan sebagai tanah perdikan yang memperkuat informasi dari prasasti sebelumnya.
“Disebut sebagai sima satu tanah perdikan, jadi konteksnya, adalah desa kalau di Prasasti Sindok itu area ini konon namanya Wurandungan, terus jadi kata randung, dan sekarang Bendungan jadi nama dusun, termasuk penyebutan Landungsari sebagai nama desanya,” pungkasnya.