KORANKINI –

Para nelayan di pesisir Lamongan menunjukkan kepedulian tinggi terhadap keselamatan pelayaran di sekitar kapal penyimpanan terapung (FSO) Gagak Rimang. Mereka menyatakan komitmen untuk mematuhi zona pengamanan yang telah ditetapkan, demi mencegah risiko kecelakaan di laut.

FSO Gagak Rimang adalah fasilitas penting yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak mentah dari Blok Cepu dan menjadi bagian dari rantai pasok energi nasional. Untuk menunjang keselamatan operasionalnya, wilayah di sekitar kapal tersebut telah dibagi dalam dua kategori: zona terlarang sejauh 500 meter dan zona terbatas hingga 1.750 meter dari kapal. Pada 7 Mei 2025, sejumlah tokoh nelayan kembali menegaskan dukungan mereka terhadap kebijakan tersebut.

Fauzi, perwakilan nelayan dari wilayah Sedayulawas, mengungkapkan bahwa nelayan telah terbiasa saling mengingatkan ketika ada yang melintas terlalu dekat ke area FSO. Menurutnya, menjaga keselamatan bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi juga menjadi bagian dari kepedulian bersama terhadap lingkungan laut. “Kalau kita jaga sama-sama, laut kita aman, keluarga juga tenang,” ucapnya.

Operator FSO, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), bersama lembaga pemerintah dan organisasi nelayan, telah rutin menyelenggarakan edukasi terkait keselamatan pelayaran. Mereka menggunakan berbagai saluran komunikasi lokal untuk menyebarkan informasi, mulai dari penyuluhan langsung hingga media radio komunitas.

Tidak hanya fokus pada keamanan, EMCL juga menggandeng masyarakat dalam program pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah penanaman ribuan bibit mangrove di kawasan pesisir Lamongan dan Tuban. Program ini disambut baik oleh nelayan karena turut mendukung kelestarian habitat laut dan menjaga garis pantai dari abrasi.

Keterlibatan aktif nelayan dalam mendukung aturan keselamatan laut membuktikan bahwa kolaborasi antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah dapat menciptakan lingkungan maritim yang aman dan berkelanjutan.