Politik

Muktamar X PPP Berlangsung Ricuh, Dua Tokoh Saling Klaim Jadi Ketum

JakartaKorankini.com | Pelaksanaan Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berlangsung pada 27-29 September 2025 di Jakarta berlangsung ricuh, dua tokoh saling klaim menjadi Ketua Umum. Peserta Muktamar X PPP terlihat saling dorong hingga melempar kursi.

Kericuhan terjadi di Muktamar X PPP, acara internal partai yang dilaksanakan untuk memilih Ketua Umum atau Ketum PPP periode 2025-2030 itu tak berjalan dengan mulus. Ada dua tokoh yang didorong maju sebagai Ketum PPP, yakni Plt Ketum PPP Anggota Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, dan Mantan Menteri Perdagangan periode 2019-2020, Agus Suparmanto.

Namun dalam pelaksanaan Muktamar partai berlambang ka’bah itu, kedua tokoh ini saling klaim terpilih menjadi Ketum PPP. Masing-masing kubu juga menggelar acara masing-masing di lokasi yang berbeda. Mardiono diklaim terpilih sebagai ketum PPP 2025-2030 secara aklamasi dalam forum muktamar yang disebut dipercepat karena kondisi darurat.

Pimpinan Sidang Muktamar X PPP, Amir Uskara telah mengesahkan dan mengumumkan hasil pemilihan tersebut dalam konferensi pers di sela-sela muktamar yang berlangsung tertutup. Di sisi lain, kubu pendukung Agus Suparmanto menggelar Tasyakuran Muktamar X PPP di Ballroom Hotel Discovery, Ancol. Acara ini merupakan kelanjutan dari penutupan muktamar yang digelar malam sebelumnya.

Agus Suparmanto juga diklaim resmi terpilih sebagai ketum PPP secara aklamasi. Pimpinan Sidang Paripurna VIII, Qoyum Abdul Jabbar menegaskan pemilihan Agus merupakan keputusan mutlak muktamar dan muktamirin.

“Aklamasi Pak Agus Suparmanto merupakan kehendak muktamar dan aspirasi muktamirin yang menentukan keputusan,” ujar Qoyum dikutip pada Minggu, 28 September 2025. 

Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy atau akrab disapa Rommy menyatakan tidak benar bila Plt Ketum PPP Mardiono mengklaim terpilih sebagai Ketum PPP secara aklamasi. Menurut dia, klaim kubu Mardiono disampaikan sepihak dan sebagai upaya memecah belah partai.

“Tidaklah masuk akal, hawa penolakan yang begitu besar atas kepemimpinan Mardiono justru berakhir dengan terpilihnya Mardiono secara aklamasi,” ujar Rommy. 

Related Articles

Back to top button